Fajar di Malam Hari
Hanya satu hal yang kuinginkan sekarang. Aku ingin Fajar diam dan berhenti bertanya. Aku ingin dia menutup mulutnya dan tidak membuatku tersiksa karena pertanyaan-pertanyaanya yang tak tahu harus kujawab dengan kata apa. “Apa ibu akan datang malam ini? Aku tidak suka tinggal bersama bibi. Aku ingin pulang, kapan ibu menjemput kita?” Dia terus bertanya, bertanya dan bertanya. Sebenarnya aku ingin berteriak atau membungkam mulutnya supaya dia diam, tapi aku tidak mau menanggung risiko dia mengubah rentetan pertanyaannya dengan tangisan tanpa henti lalu membuat Bibi Sofhie berlari masuk ke kamar kami dan memarahiku. Tidak! “Tidurlah Fajar. Ini sudah malam,” ujarku , berusaha sebisa mungkin untuk meredam emosi membuncah dalam diriku. Kuletakkan pena yang kugunakan untuk mengerjakan PR di atas meja dan sejenak mengalihkan perhatian kepada adik laki-lakiku yang