Layang-Layang
Tulisan ini merupakan sebuah cerita yang aku
dapat dari seorang guru SMA-ku mengenai salah satu permainan klasik yang tidak
lapuk dimakan masa, yaitu “LAYANG-LAYANG”.
Pada layang2 terdapat berbagai berbagai pelajaran yang dapat diambil.
Mata Sang paman terus meneliti wajah keponakannya. “Nak, kami juga semua bersedih saat kehilangan ayahmu. Namun, janganlah kamu ikut berputus asa. Layang-layang itu kuberikan padamu, agar kamu bisa menegakkan kepalamu saat bersedih. Pandanglah ke langit, tataplah ke angkasa. Layang-layang itu adalah sebagai pengingat, bahwa selalu ada harapan di atas sana. Layang-layang itu adalah sebagai tanda bahwa akan selalu ada curahan kebahagiaan yang turun dari-Nya. Terbangkanlah layang-layang mu setinggi-tingginya, seperti halnya kau terbangkan semua impianmu. Tapi ingat, pegang erat benang di tanganmu, agar tak kehilangan arah dalam menggapai hasratmu.”
Lelaki itu melanjutkan ucapannya,”Tataplah ke angkasa, angkat kepalamu setiap kali kau merasa tak bahagia, percayalah di atas sana selalu ada Allah yang akan mendengar setiap doamu.”
Di sebuah taman kota, duduk 2 orang di sebuah
bangku panjang. Keduanya tampak akrab, seakan mereka baru saja bertemu setelah
berpisah lama. Sesekali terdengar tawa berderai di tengah percakapan yang
mereka lakukan. Seseorang di antara mereka tampak berbicara, “Paman, ada satu
hal yang mengganjal dalam pikiranku. Mengapa dulu kau berikan aku layang2 saat
ayah meninggal? Bukankah benda itu tidak lazim diberikan sebagai tanda
belasungkawa? Sampai kini, aku masih memikirkan maksud pemberian itu buatku.”
Sang paman tampak mendengarkan. Matanya meneliti
wajah pemuda di depannya dengan seksama. “Jadi kamu masih menyimpan layang2
itu?” Pemuda itu menjawab “Ya. Aku masih ingin tahu apa arti semua itu buatku.
Aku kehilangan harapan setelah ayah meninggal. Aku masih bersedih hingga saat
ini, sebab orang yang kucintai tak lagi bersamaku. Ayah sangat berarti buatku.
Seakan semua impianku hilang saat ayah meninggal. ” Mata pemuda itu mulai
berkaca-kaca.
“Saat itu, bukanlah waktu yang tepat untuk
bermain layang-layang. Lalu mengapa paman memberikannya buatku?”
Mata Sang paman terus meneliti wajah keponakannya. “Nak, kami juga semua bersedih saat kehilangan ayahmu. Namun, janganlah kamu ikut berputus asa. Layang-layang itu kuberikan padamu, agar kamu bisa menegakkan kepalamu saat bersedih. Pandanglah ke langit, tataplah ke angkasa. Layang-layang itu adalah sebagai pengingat, bahwa selalu ada harapan di atas sana. Layang-layang itu adalah sebagai tanda bahwa akan selalu ada curahan kebahagiaan yang turun dari-Nya. Terbangkanlah layang-layang mu setinggi-tingginya, seperti halnya kau terbangkan semua impianmu. Tapi ingat, pegang erat benang di tanganmu, agar tak kehilangan arah dalam menggapai hasratmu.”
Lelaki itu melanjutkan ucapannya,”Tataplah ke angkasa, angkat kepalamu setiap kali kau merasa tak bahagia, percayalah di atas sana selalu ada Allah yang akan mendengar setiap doamu.”
”Tataplah ke angkasa, angkat kepalamu setiap kali kau merasa tak bahagia, percayalah di atas sana selalu ada Allah yang akan mendengar setiap doamu.”
Sahabatku, semoga cerita tersebut dapat
bermanfaat. Dan ingatlah wahai sahabatku, Layang-layang
itu dimainkan dengan kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang-layang
diterbangkan bukan dengan wajah ke bawah tapi dengan menatapnya ke angkasa.
Begitupun kita di dalam hidup. Layang-layang adalah tanda agar kita selalu percaya
bahwa optimisme dimulai dengan membangun harapan, bukan dengan bersedih.
Layang-layang adalah pengingat buat kita bahwa semangat baru akan hadir bagi mereka
yang berpikir positif. ^_^
Endarwati.