Mengikuti Jejak Generasi Terbaik
“Tidak akan baik generasi akhir umat ini
kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik” dari Imam
Malik rahimahullah. Tak
terpungkiri lagi, kita adalah umat terakhir, berada di akhir zaman. Rasulullah Saw,
sebagai nabi terakhir telah menyempurnakan segalanya, apa yang telah dibawakan
oleh para nabi sebelumnya. Kita memang tidak akan pernah bertemu Rasulullah, para
sahabat Nabi, serta umat-Nya zaman itu di dunia ini. Beliau serta umat pada
zaman-Nya meninggal jauh sebelum kita terlahir. Namun, kisah-kisahnya merupakan
kebenaran sejarah yang nyata terjadi di dunia ini. Sebagai generasi penutup
zaman, adanya hanya kepercayaan dan keyakinan atas apa yang telah terjadi di
muka bumi. Jelas sekali kisah Rasullah dan para sahabatnya tertuang dalam kitab
suci Al Qur’an dan juga As Sunah yang menjadi pedoman hidup kita sebagai
manusia di akhir zaman.
Orang-orang yang hidup pada zaman Nabi
adalah generasi terbaik dari umat ini. Mereka telah mendapat pujian langsung
dari Allah dan Rasul-Nya sebagai sebaik-baik manusia. Mereka adalah orang-orang
yang paling paham agama dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah
kita harus merujuk.
Allah
Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-taubah: 100). Ayat yang mulia tersebut menunjukkan kepada kita bahwa
Allah meridhai tiga kelompok manusia, yaitu; [1] Kaum Muhajirin -yaitu para
sahabat yang berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke
Madinah- lalu [2] Kaum Anshar -yaitu para sahabat yang membantu dan membela
dakwah Nabi dari para penduduk Madinah-, dan [3] Orang-orang yang mengikuti
mereka -Muhajirin dan Anshar- dengan baik.
Sebuah takdir bahwa kita hidup di zaman
yang sekarang ini, memiliki hikmah bahwa kita juga merupakan orang-orang yang
terpilih, orang-orang yang beruntung, orang-orang yang diberi rahmat dan ridho
oleh-Nya untuk meneruskan perjuangan dari para pendahulu. Kita inilah kaum yang
diandalkan, untuk bisa mengikuti jejak-jejak Rasulullah dan para umat-Nya
terdahulu.
Telah
tertulis yang pertama kali di tulisan ini bahwa, tidak akan baik generasi akhir
umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik” dari
Imam Malik rahimahullah. Kalimat tersebut sangat memberikan makna yang mendalam
sebagai perenungan kita. Memang “Belum pernah ada, dan tidak akan
pernah ada suatu kaum yang serupa dengan mereka”. Kita adalah kaum yang tidak
lebih baik dari kaum pada zaman Rasulullah kecuali kita dapat mengikuti apa yang
telah dilakukan dan apa yang telah menjadi jejak-jejaknya selama hidup pada
zaman tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa
menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan
kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali.” (QS An Nisa’: 115)
Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al
Andalusi berkata: “Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di
atas): ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin disini adalah para
sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat
ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa
yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya)
dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun
telah menjawabnya dengan jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan
yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan
sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran.
Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui
merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’” (Al Marqat
fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37)
Tidakkah kita juga menginginkan hal itu? Menjadi
umat terbaikNya, jadi sudah jelas, apakah yang harus kita lakukan. Kita tidak
mungkin mau disebut sebagai umat yang buruk, serta kemudian Neraka tempat yang
pantas kita untuk kembali. Nauzubillah, hidup di dunia ini bukan semata-mata
untuk kita bisa bersenang-senang sedangkan kita juga melepaskan kewajiban
sebagai umat-Nya. Di dunia ini, kita mengharapkan ridhaNya untuk segala jalan
yang kita tempuh.
Pada saat berjayanya peradaban Islam
semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat
pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis
dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur’an yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh
para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan
merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.
Kesuksesan
Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya
dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan
pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah).
Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana
beliau Saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang
lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir.
Seorang
ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Masa
kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi)
peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu” (QS. Al-Maidah ayat 3).
Dapat
ditegaskan kembali bahwa, generasi masa itu merupakan generasi terbaik
sebagaimana firman Allah Swt: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Alloh” (QS. Ali Imran ayat 110). Generasi itulah yang perlu
kita contoh, dan diamalkan sebaik mungkin.
Kita, sebagai generasi muslim yang hidup dalam masa kemunduran umat Islam dalam era globalisasi ini,
seharusnya lebih waspada dan lebih berjuang dalam melawan peradaban yang dapat
merusak keislaman manusia. Kita tidak dapat membiarkan begitu saja, nafsu dunia
menguasai manusia. Harus kita ingat atas perjuangan Rasulullah untuk menebarkan
kebaikan dimuka bumi ini, sehingga banyak manusia yang menjadi umat-Nya pada
saat itu, dan umat itulah yang dimuliakan. Mereka teguh dalam perjuangan,
mengimani Nabi dan Rosulnya, serta senantiasa beriman kepada Allah. Jalan
inilah yang juga harus kita pilih, untuk menjadi umat yang baik.
[Lia
Rofiatun-AMK KMIP]]
Komentar