PUASA DAN KESALEHAN SOSIAL
Puasa merupakan ibadah yang bersifat privat (pribadi),
semata-mata hubungan hamba terhadap Allah. Hal ini berbeda dengan ibadah-ibadah
lain, dimana keterlibatan dan pengetahuan orang lain begitu nyata. Misalnya Shalat,
orang lain dapat melihat kita shalat. Sedangkan puasa? Siapa yang tahu jika
kita pura-pura puasa?
Namun demikian, puasa sebagai ibadah yang bersifat sangat
pribadi, di dalamnya mengandung ajaran-ajaran sosial masyarakat. Puasa
mengantarkan manusia pada kesalehan individu dan kesalehan sosial. Kesalehan
individu bersifat ritualistik, sedangkan kesalehan sosial bernuansa sosiologis.
Dalam puasa, Allah menjanjikan banyak pahala bagi kita yang melakukan ibadah.
Di sisi lain, Allah pun menyuruh kita untuk memberi sedekah, memberi makan
untuk berbuka, dan lain-lain. Hal ini merupakan perintah yang jelas bagi kita
agar lebih memerhatikan sosial. Oleh karena itu, kata iman di dalam Al Qur’an
selalu disandingkan dengan kata ‘amalun shalihun (amal saleh).
Selama ini yang kita kenal sebagai pahala dan dosa selalu
dimaknai secara sangat teologis, abstrak, dan eskatologis. Pahala yang dimaknai
seolah-olah sebagai tabungan akhirat, sebenarnya harus diorientasikan pada
pengertian secara sosiologis. Sebagai contoh, di Indonesia kita harus berjalan
di sisi kiri. Jika suatu ketika kita berjalan di sisi kanan, tidak akan menjadi
dosa bagi kita. Namun jika kemudian perbuatan kita (jalan di sisi kanan)
menyebabkan kecelakaan dan mengganggu orang lain maka akan menimbulkan dosa
secara sosial.
Pahala tidak hanya dengan rajinnya kita sholat, puasa,
dan ibadah ritual lain. Namun pahala merupakan sesuatu yang mendorong ke arah
keseimbangan sosial. Karena itu, puasa yang di dalamnya terdapat larangan untuk
tidak makan dan minum dapat dimaknai untuk menjauhi ketamakan dan kerakusan.
Menjadi sarana yang melatih diri untuk tidak rakus terhadap apa yang bukan
milik kita. Sungguh indah jika kita berpuasa Ramadhan dan melakukan
ibadah-ibadah sunnah lain, serta melakukan kebaikan-kebaikan nyata dalam
perilaku sosial kita sebagai dampak dari kesalehan pribadi dan wujud dari
kesalehan sosial.
[Siti Aminah-AMK KMIP]
Referensi:
Ahmad Baso, dkk. 2003. Islam Pribumi. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Komentar