Artikel Pendidikan Islam: Urgensi dan Strategi Pendidikan Tauhid pada Masa Golden Age

Urgensi dan Strategi Pendidikan Tauhid pada Masa Golden Age
Sefi Rahmawati (Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNY)
e-mail: sefirahmawati15@gmail.com

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(Q.S. Luqman [31]: 13)

Pendidikan tauhid perlu ditanamkan pada permata hati sejak dini (masa golden age), karena pendidikan yang diajarkan pada masa golden age akan berpengaruh pada pola pikir dan perilakunya di kemudian hari. Pada kondisi golden age ini juga merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam perkembangan kehidupan anak, apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan orangtua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan selanjutnya (Uce, 2017: 80). Urgensi pendidikan tauhid ini bisa kita ibaratkan layaknya perputaran jarum jam. Perlu kejelian dan kehati-hatian disaat men-setting nya, jika tidak pas menempatkan jarum panjang nya, misalkan saja seperti kurang satu menit, maka akan membawa dampak yang merugikan bagi kita. Pastinya kita sudah tau bagaimana tingkat disiplin Jepang, bukankah satu menit bagi orang Jepang sangatlah berharga? Terlambat satu menit saja tidak diperbolehkan untuk mengikuti suatu kegiatan. Itu baru masalah sepele dari jarum panjang, apalagi jika yang salah penempatan adalah jarum pendek, bisa jadi akan berakibat fatal. Nah itulah pentingnya kehati-hatian dalam mens-setting, jika salah sedikit saja maka seterusnya akan salah berputar. Sama seperti hidup ini, men-setting tauhid dengan benar sangatlah penting sebelum menjalani kehidupan. Jika penanaman tauhid pada anak salah, maka akan berpengaruh pada kehidupannya nanti. Jika tidak segera diperbaiki maka kehidupannya akan terus dijalaninya dengan banyak hal-hal yang tidak sesuai koridor taqwa. Namun, lihatlah jika tauhid ditanamkan secara baik dan benar, tentu kedepannya akan berjalan dengan penuh ketepatan menjalani syariat islam, menebar kebermanfaatan, dan menghadirkan keberkahan di segala urusan.
Mengenai urgensi pendidikan tauhid, hal itu sudah lebih dahulu dijelaskan Allah melalui firmannya, ibarat sebuah pohon yang mengakar kuat dan cabang yang menjulang tinggi:
أَلَمۡ تَرَ كَیۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلࣰا كَلِمَةࣰ طَیِّبَةࣰ كَشَجَرَةࣲ طَیِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتࣱ وَفَرۡعُهَا فِی ٱلسَّمَاۤء
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (Q.S. Ibrahim [14]: 24)
            Tauhid pada anak memerlukan cara khusus dan unik dalam penanamannya agar mengakar kuat dalam hatinya, kunci nya telah dicontohkan oleh sosok teladan yang disebutkan di Al-Quran:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ یَعِظُهُۥ یَـٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ
 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman [31]: 13)
Dari ayat di atas menunjukkan betapa kelembutan sangat berperan penting dalam penyampaian. Didasari dengan cinta yang penuh kelembutan, di ayat tersebut Lukman tidak memanggil anaknya dengan panggilan “yaa walid” wahai anakku, tetapi dengan “yaa bunayya” wahai anakku yang tersayang, yang tercinta. Bukankah hal yang diawali dengan cinta akan mudah merasuk ke hati? Tauhid yang mengakar kuat membutuhkan strategi yang tidak biasa. Jika kita ketahui, pohon kurma ditaman dengan cara yang berbeda dari pada umumnya. Jika kebanyakan biji di tanam di dalam tanah dan di tutup dengan tanah pula, namun biji kurma di tanam di dalam tanah kemudian ditutup dengan batu yang besar, tujuannya tidak lain agar pohon kurma menguatkan akarnya sehingga mampu manghalau batu di atasnya. Dengan begitu jika nantinya angin besar menerpa, pohon kurma tetap kokoh berdiri dengan gagahnya. Strategi  yang unik untuk penanaman tauhid tentu harus dipersiapkan dan dipelajari dengan matang, cara menyampaikannya pun harus disesuaikan dengan gaya bahasa mereka, diantara strategi penanaman tauhid adalah sebagai berikut:
  • Selalu melibatkan Allah

Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah membiasakan diri dengan sering-sering mengucapkan “basmallah” dalam segala hal atau “anak sholeh tercinta, baca bismillah dulu sebelum makan, biar Allah tambah sayang dan Allah akan kasih kesehatan”. Selain itu selalu menyertakan Allah ketika mengajarkan atau mencontohkan perbuatan makruf. “anak sholehah sayang, pake kerudung dulu ya sebelum keluar rumah, karena Allah yang nyuruh bukan bunda ataupun ayah, jadi nanti Allah bakal sayang dan jaga
  • Tadabbur alam setiap waktu

Libatkan anak untuk mengenal betapa Maha Kuasanya Allah, betapa Maha Agungnya Allah menciptakan Alam semesta ini, langit dan bumi. Bisa dengan mengajak anak duduk di halaman rumah dan mengamati birunya langit, putih lembutnya awan “anak sholeh, lihat itu awannya bergerak dan hanya Allah yang Maha Kuasa menciptakan angin untuk menggerakkan awan” atau “anak sholeh lihat, burung itu bisa terbang tinggi karena Allah yang menahannya agar tidak jatuh”
  • Mengenalkan Allah dengan bermain atau bereksperimen

Libatkan anak untuk mengenal Allah pemilik siang dan malam, bisa dengan mengambil hikmah dari menghidupkan dan mematikan lampu “sholehah sayang, lampu di atas itu nyala jadi kita bisa melihat, sekarang bunda matikan, jadinya gelap kita tidak bisa lihat apa-apa, lampu bisa nyala dan padam karena bunda yang ngatur tapi kalau siang terang dan malam jadi gelap itu cuma Allah yang bisa mengatur”
Selain itu, mengajak anak untuk mengenalkan Allah yang menciptakan manusia, dengan bermain jam “anak sholeh, jarum jam ini bisa berputar karena ada baterinya, sekarang bunda akan lepas baterinya maka yang terjadi jarum jam itu berhenti berdetak dan mati tidak berputar. Sekarang coba letakkan tangan kanan adek di atas dada kiri, merasakan detakan kan? Nah itu namanya jantung, yang menciptakan dan membuat berdetak adalah Allah jadinya kita bisa hidup, tapi kalau Allah sudah menghentikan jantung kita, maka kita akan meninggal dunia dan kembali menemui Allah yang menciptakan kita”
Di samping itu juga dengan melakukan eksperimen seperti biji kacang ijo yang diletakkan di atas kapas basah untuk menjadikan kecambah “anak sholeh, biji kacang ijo kemarin bisa berubah jadi tumbuhan kecambah karena Allah yang mengubahnya, Allah lah yang berkuasa menciptakan tumbuh-tumbuhan”
  • Sering-seringlah mengingatkan bahwa Allah selalu mengawasi

Ketika hendak melakukan sesuatu kegiatan, biasakan mengingatkan pada anak untuk melakukan sesuatu dengan baik sesuai yang Allah perintahkan “anak sholeh, minta izin dulu ya sama pemilik mangga ini, kalau gak bilang namanya mencuri, Allah selalu liat kita, kalau Allah liat kita mencuri nanti Allah gak akan sayang lagi sama kita”
  •  Jangan menanamkan anak untuk takut pada hantu

Jangan sekali-kali mengatakan “Jangan keluar malam-malam nanti ada hantu”, hal itulah yang akan memudarkan kecintaan anak pada Allah.  Merusak akidah mereka. Ceritakanlah pada anak bahwa setan itu musuh nyata manusia “anak sholeh yang disayang Allah, Setan itu musuh kita dan takut banget sama Allah, jadi gausah takut, berdoa aja sama Allah minta pada Allah agar melindungi kita dan bantu mengalahkan setan”.
  • Mengajak anak untuk sholat

Mengajak anak untuk sholat setiap waktu. Namun, jika masih kecil cukup untuk mendudukan atau menidurkan disamping kita agar memperhatikan. Jika sudah bisa diajak berbicara, sampaikan pada anak dengan contoh benda misal bola sebagai bumi dan sebutir pasir atau garam letakkan di atas bola dan kemudian mengamati dari atas meja. hal itu untuk menunjukkan bahwa manusia itu kecil sekali “anak sholeh, manusia sangat  kecil sekali, di bawah sana ada bola sebagai bumi tempat tinggal kita, di atasnya ada sebutir pasir itu adalah kita, di atas meja yang tinggi ini kita tidak bisa melihat butir pasir itu, manusia sangatlah kecil sekali. Jadi kita tidak boleh sombong dan harus bersujud kepada Allah yang menciptakan manusia.”

Betapa pentingnya pendidikan tauhid pada masa golden age, sehingga diperlukan strategi khusus dalam pennyampaiannya. Peran orangtua sangatlah dibutuhkan, jika orangtua lepas atau lengah sedikit saja dari mengajarkan tauhid, maka jangan tanyakan jika nantinya kehidupan anak tidak sesuai koridor taqwa atau bahkan tidak sesuai dengan tujuan hidup yang sebenarnya. Dalam suatu studi para ahli pendidikan dan psikologi sepakat berpendapat bahwa jika kehidupan manusia diibaratkan sebagai pohon bonsai maka periode tiga tahun pertama merupakan waktu yang paling tepat untuk membengkokkan ranting-ranting, dimana apabila lalai, maka kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah pohon yang bentuknya sesuai dengan keinginan kita (Uce, 2017: 80).

Daftar Pustaka
Al-Qur’anul Kariim
Sajirun, Muhammad. 2012. Membentuk Karakter Islami Anak Usia Dini. Solo: Era Adicitra Intermedia.
Uce, Loeziana. 2017. The Golden Age : Masa Efektif Merancang Kualitas Anak. Jurnal Pendidikan Anak, (Online), Jilid 1, No. 2, (http://www.ar-raniry.ac.id, diakses 22 April 2020)
Putra, Tegar Dovianda. Menanamkan Tauhid Kepada Anak, (Online), (https://wahdah.or.id/menanamkan-tauhid-kepada-anak/, diakses 22 April 2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KMIP: Wadah Berorganisasi dan Menjalin Persaudaraan

Ulang Tahun, Tradisi Jahiliyah

Indahnya Ukhuwah Islamiyah