KIWI Series Aqidah Tauhid #1 “Keep Your Faith”


Pemateri : Ustadz Zaky Ahmad Rivai

Moderator : Agus Firmansyah

Hari/ Tanggal : Jumat, 19 Februari 2021

 

              Iman, pada umumnya adalah suatu hal yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan seluruh anggota badan. Maka, dari sini kita dapat memahami bahwa meyakini Allah dalam hati adalah bentuk keimanan. Beberapa bentuk keimanan kepada Allah yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan segala bentuk penyembahan kepada Allah.

              Penyembahan di sini berarti luas, yakni kita menuhankan, menyandarkan segala harapan dan meminta hanya kepada Allah. Dalam penyembahan ini, terbagi menjadi rububiyyah, uluhiyyah dan al asma wa ash shifat. Apa itu?

Tauhid Rububiyyah berarti mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya

Tauhid Uluhiyyah merupakan bentuk ibadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan sesembahan selain-Nya

Tauhid Al Asma wa Ash Shifat juga merupakan bentuk mentauhidkan (atau mengesakan) Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Dzat yang layak disembah. Tauhid Al Asma wa As Shifat ini dapat dilakukan dengan mengucapkan syahadat.

              Syahadat memiliki keistimewaan karena makna ucapannya adalah tiada Tuhan selain Allah. Berbeda dengan ucapan “Allah adalah Tuhanku” yang memiliki makna ada kemungkinan Tuhan lain selain Allah. Syahadat memiliki konsekuensi seperti yang difirmankan dalam Surah Al Baqarah ayat 285.

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

 

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

 

Pada zaman Rasul, para sahabat selalu bersikap “sami’na wa atho’na” (Kami dengar dan kami taat). Apa yang diperintahkan oleh Rasul, maka itulah yang mereka taati. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak mereka pun sangat sederhana seperti “Bagaimana sholat yang benar?” “Bagaimana menambah amalan?” “Bagaimana menjalankan ibadah dengan baik?”. Pertanyaan-pertanyaan ini berbeda dengan pertanyaan yang cenderung rumit dari umat masa kini seperti “Mengapa harus sholat?” “Mengapa babi dilarang?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanya memuaskan ego untuk tampil lebih unggul dan filosofis, aslinya pertanyaan-pertanyaan tersebut menjebak pemikiran dan hati kita untuk tidak taat Allah dan Rasulullah.

Kembali lagi soal keimanan, kalimat syahadat berarti kita meniadakan Tuhan selain Allah dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya ( Q.S An Nisa 45). Segala pengharapan digantungkan kepada Allah, bukan kepada makhluk. Kita juga menyerahkan kuasa penghakiman kepada Allah (Al An’am 114).

Lebih lanjut, kalimat syahadat juga menjadi saksi bahwa kita memercayai Rasulullah sebagai utusan Allah, kita memercayai Rasul sebagai penyampai risalah. Dalam surah Al Ahzab ayat 36 dijelaskan bahwa siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul adalah kesesatan yang nyata.

              Iman kepada Allah berbuntut pada rukun iman seperti yang telah kita ketahui. Enam rukun iman adalah satu kesatuan. Ketika hilang salah satu, maka akan pincang dan timpang. Untuk itu agar tidak kehilangan salah satu keimanan, kita harus menjaga keimanan. Bagaimana caranya?

1.     Berpikir

Kenapa berpikir? Karena dengan menggunakan akal, kita akan menemukan kekuasaan Allah. Iman tanpa berpikir hanya akan menjadi doktrin dan taqlid*, tapi berpikir tanpa iman berarti atheis.

2.      Bertanya

“Mengapa aku masih Islam?”. Cari jawaban atas pertanyaan yang kalian pikirkan. Pertanyaan-pertanyaan yang berbobot untuk menguatkan keimanan kita.

3.     Berdekat dengan Al Quran

Carilah lingkungan pertemanan yang membudayakan Al Quran dalam kesehariannya. Karena kualitas kita bisa dilihat dari lingkungan pertemanan. Cari yang rutin membaca, sering mentadabburi, dan rajin mengamalkan Al Quran

 

Notes:

*Kata taqlid, fi`ilnya adalah qallada, yuqallida, taqliidan, artinya mengulangi, meniru, mengikuti. Ulama ushul fiqh mendefinisikan taqlid “penerimaan perkataan seseorang sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana asal kata itu”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KMIP: Wadah Berorganisasi dan Menjalin Persaudaraan

Ulang Tahun, Tradisi Jahiliyah

LOMBA DESAIN POSTER DAKWAH